Kontes SEO Gudangpoker.com

Kunjungi

Jumat, 05 Agustus 2011

Di Jogja Aku Tersesat

Di ramai kerumunan orang

Kupegang erat tanganmu penuh cemas

Desak penuh sesak sempat pisahkanku

Tak kudapati lagi punggungmu yang diterpa cahaya emas lampu jalan

Aku diam tak bergerak

Semua orang tak peduli

Ingin ku berteriak, Heii!! Aku tersesat disini

Tapi percuma... pasti tak terdengar

Aku bingung mencari sosokmu

Haruskah aku berlari

Atau harus diam disini

Tak tahan aku dalam diam

Kupilih berlari mencarimu

Nafasku terenggah langkahku mulai kecil

Nyatanya aku tetap tak menemukanmu

Ingin menangis dalam cemaskuku tanpamu

Saat kuingat cahaya emas lampu jalan

Saat itu, kau raih tanganku lalu kau peluk

Kau menemukanku dari sekian banya orang orang Jogja

Di jalan ini aku tersenyum

Mendapatimu yang telah mendapatiku

Ketakutanku

Aku takut, kau akan pergi meninggalkanku

Sejak mimpi itu ada

Setelahnya banyak kata pisah terdengar

Tapi aku takut kau akan pergi

Sejak kucium bau hujan tadi pagi

Setelahnya tak kutemui sosokmu di sela-sela gerimis

Saat kuratapi

Bahwa aku takut kehilangan mu dalam hariku

Aku teriak, tapi tetap kau tak datang

Aku mulai sadar

Kita amat berbeda

Kau dan aku tak pernah sama

Salah waktu yang satukan kita dulu

Aku sadar akan itu dan mulai mundur perlahan...

katakanlah...

Tahu kah kau aku menyukaimu

Bahkan begitu suka

Ditiap hembus nafas saat kau terlelap

Bau hangat tubuhmu

Bahkan saat kau acuhkan aku

Aku suka semuanya

Tapi,

Kenapa sekarang kau berubah

Bunga yang kau beri layu

Rumput yang kau injak kering

Tatapanmupun dingin kalahkan angin malam ini

Sakitkah? Marahkah? atau Meranakah?

Aku tak tahu

Mana sosokmu yang selalu kusuka

Tak bisa kutemukan meski kucari di segela sisi di pandangmu waktu itu

Apakah kau bosan padaku?

Apa salahku?? Katakan!!!

inginku

Aku selalu mengukir sajak ini di atas benakmu

Agar cintamu lebihi ku

Aku selalu ingin mengukir jelas kenangan itu di atas lukamu

Agar senyum selalu tergambar di rautmu

Tapi tahu kah kau aku tak mampu

Mengapaimu walau disaat terang bersinar

Selalu “ingin” ku itu malah buatku sesat

Terbelenggu di ramai sesak sedihmu

Kapan kau tersenyum

Kapan pula kesempatanku mencair

Kau tak beri aku ruang sedikitpun

Haruskah aku terus memelukkmu

Mengusap setiap deru tangismu

Aku bukan malaikat, kau tahu itu

Cintaku ku tahan, tulangku rapuh

Masihkah kau tak beriku kesempatan seperti ini?