Kontes SEO Gudangpoker.com

Kunjungi

Minggu, 20 Januari 2013

Makalah Bahasa tentang pengaruh dialek terhadap keefektifan berbahasa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kelanjutan hidup manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa ada bahasa. Bisa dikatakan bahwa bahasa sebagai bagian dari kebutuhan primer, sebagai pengatur, bahkan bahasa sebagai senjata yang paling ampuh untuk membentengi diri dari sesuatu.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menyatukan berbagai bahasa yang ada di wilayah nusantara. Setiap bahasa mempunyai karateristik berbeda, namun bahasa juga mempunyai banyak ciri yang hampir mirip tapi tidak sama. Sehingga dari perbedaan itu perlu mengadakan penelitian yang mendalam supaya dapat dipahami oleh pengguna bahasa atau pun yang belajar bahasa itu sendiri. Salah satu ciri tersebut adalah bahasa akan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.” Bahasa itu bersifat dinamis, tidak terlepas dari berbagai kemungkinan yang sewaktu-waktu dapat terjadi ”, (Chaer, 1995: 117). Di Indonesia kita mengenal adanya bahasa nasional (=bahasa persatuan, bahasa resmi, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasakebudayaan) dan bahasa daerah. Keragaman bahasa tersebut merupakan subsistem-subsistem bahasa yang berbeda, yang banyak mengandung permasalahan yang kompleks dan menghasilkan suatu variasi ragam yang berbeda ( Saefi, 2007).
Bahasa merupakan salah satu aspek kebudayaan yang penting, yang menjadi kunci terbaik untuk memahami kehidupan masyarakat dalam segala bentuknya. Yang perlu kita pahami adalah hubungan dan bentuk bahasa yang bagaimana yang terjadi antara bahasa dan masyarakat sebagai pengguna bahasa itu sendiri. Jawabanya adalah adalah hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu yang sering disebut variasi, ragam atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat, (Chaer, 1995 : 50).
Faktor lingkungan dapat mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Kita banyak menemukan variasi, ragam atau dialek di tengah-tengah lingkungan masyarakat sebagai penutur, tetapi kita masih belum membedakan manakah yang menjadi pola dalam penggunaannya, sehingga dalam memenuhi pengertian tentang analisis suatu bahasa menjadi lebih terarah dan mudah dipahami.
Sampai saat ini, usaha untuk memaparkan dengan jelas dan tegas batas-batasyang membedakan bahasa dan dialek masih juga belum berhasil memperoleh rumusanyang memuaskan (Ayatrohaedi,1983 : 1). Oleh karena itu, penutur diharapkan dapatmembedakan dialek dengan variasi bahasa yang lain agar tidak terjadi salah pengertian , membedakan ragam dialek dengan ragam bahasa yang lain. Disamping itu, penutur juga diharapkan dapat menjaga kelestarian bahasa daerahnya sehingga tidak menuju ke arah perkembangan yang memburuk.
Penggunaan dialek oleh penutur dalam berbahasa secara umum berbeda dengan daerah satu dengan daerah yang lain. Sebagai contoh perbedaan dialek antara penduduk didaerah perkotaan dengan pedesaan. Meskipun penutur menggunakan bahasa indonesia dalam perkomunikasiannya akan timbul perbedaan berupa intonasi, jeda dan kevariasian pengucapan kata-kata tertentu. Variasi penggucapan kata-kata tertentu ini dimaksudkan untuk menekankan suatu makna atau mempertegas makna itu. Jika dalam suatu keadaan seseorang yang berasal dari daerah perkotaan dihadapkan dengan seseorang dari daerah pedesaan untuk berkomunikasi maka akan jelas terlihat perbedaan dialek yang dipakai oleh keduanya. Perbedaan dialek yang bervariasi inilah yang akan mempengaruhi keefektifan dalam berkomunikasi dan layak untuk kita pelajari dan pahami.
1.2. Rumusan Masalah
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk meneliti, mempelajari serta memahami tentang variasi dialek yang digunakan oleh penutur yang berasal dari perkotaan dan penutur yang berasal dari daerah perdesaan. Variasi ini juga berpengaruh terhadap keefektifan berbahasa dalam komunikasi pergaulan. Pergaulan disini kami batasi hanya dalam ruang lingkup asrama C Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D III Kebidanan Kampus Bangkalan. Oleh karenaitu, penulis akan menguraikan beberapa hal yang berhubungan dengan kevariasian dialek yang terfokus pada mahasiswa berasal dari suku jawa. Hal-hal tersebut adalah :
1.    Bagaimana macam dialek pada mahasiswa yang bersuku jawa?
2.    Apakah penggunaan dialek dalam berbahasa cukup efektif dalam komunikasi bahasa indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang diharapkan akan tercapai dalam penelitian ini adalah :
1.    Mengetahui perbedaan dialek yang digunakan oleh mahasiswa yang bersuku jawa
2.    Mengetahui keefektifan penggunaan dialek dalam komunikasi bahasa indonesia

1.4 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memakai metode observasi sebagai metode pengumpulan data dengan mengambil 35 respoden bersuku jawa yang ada di asrama C Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D III Kampus Bangkalan. Teknik pengumpulan data yang kami pilih adalah data kulitatif primer.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Macam Dialek Mahasiswa Bersuku Jawa
Bahasa merupakan unsur yang sangat vital dalam berkomunikasi, yakni sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan hubungan sosial dengan sesamanya, manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad – abad silam. Bahasa merupakan sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbriter, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Chaer dan Agustina, 1995 : 14). Namun, secara tradisional bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi manusia baik berbentuk lisan maupun tulisan, pada hakikatnya merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa unsur yang saling mendukung. Fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang disebut expression, information, exploration, persuation, dan entertainment (Michel, 1967 :23).
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antar daerah yang ada di Indonesia ini masih mendapat pengaruh dari dialek masing-masing daerah. Perbedaan dialek di daerah satu dengan daerah lainnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini juga termasuk letak geografis, psikologis penduduk sekitar, kebudayaan, serta pengaruh akulturasi budaya asing. William F. Mackey (1962) melukiskan adanya empat hal yang dapat memberikan kedwibahasaan, yaitu (1) tingkat kedwibahasaan, (2) fungsi, (3) alternasi, (4) interferensi. Fungsi dibagi dua yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi eksternal melukiskan pemakaian bahasa menurut lingkungan pemakainya. Pemakaian bahasa dalam setiap lingkungan atau daerah sentuh bahasa ditentukan oleh beberapa variabel yaitu (1) lamanya, (2) kekerapannya, dan (3) dorongan-dorongan yang menyebabkan adanya pemakaian bahasa.
Lingkungan pemakaian bahasa atau daerah sentuh bahasa dapat terjadi (1) di rumah, (2) di masyarakat, (3) di sekolah, (4) dalam media massa, dan (5) dalam korespondensi. Pemakaian bahasa di suatu tempat memengaruhi kebakuan kata yang diucapkan. Misalnya, antara di lingkungan rumah dengan dalam korespondensi yang menyangkut suatu tempat kepemerintahan atau instansi. Seringkali dijumpai dalam situasi-situasi formal akan menuntut seseorang memakai bahasa baku dan sedikit meninggalkan dialek daerahnya.
Jika membahas tentang penggunaan dialek dalam berbahasa, pada umumnya dibenarkan meskipun banyak dari penggunaannya yang menyalahi kaidah-kaidah kebahasaan. Pada daerah tertentu, dialek banyak yang merubah jeda, intonasi bahkan penambahan  huruf vokal dan penekanan dalam kata-kata tertentu. Misalnya, penghuni asrama C di Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kebidanan Kampus Bangkalan berasal dari berbagai kota, seperti: Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Lampung, Tuban, Mojokerto, dsb. Dari setiap daerah, perbedaan dialek terlihat pada penambahan huruf vokal dan penekanan kata-kata tertentu seperti kata ‘lama’ menjadi ‘luama’. Penekanan ini dimaksudkan untuk menegaskan arti kata untuk mengisyaratkan ‘lebih’ atau ‘sangat’.
Berikut ini adalah beberapa contoh kata, terkait dengan dialek yang terlihat dari penambahan huruf vokal dan penekanan kata.
a.       Dialek dari Mojokerto
Terdapat penekanan dan penambahan huruf vokal “u” untuk mengisyaratkan “lebih” atau “sangat”.
No
Kata Baku
Pengucapan Berdasarkan Dialek
1
Lama
Luama
2
Bagus
Buagus
3
Lemas
Luemas
4
Licin
Luicin
5
Jahat
Juahat
6
Sakit
Suakit
7
Mahal
Muahal
8
Enak
Uenak
9
Mantap
Muantap
10
Panjang
Puanjang
11
Ngantuk
Nguantuk
12
Malas
Mualas
13
Lapar
Luapar
14
Gemuk
Guemuk

Adapun contoh dalam kalimat sebagai berikut :
·         Jangan lewat situ, karena di situ luicin.
·         Kaki ku lho suakit cak.


b.      Dialek dari Sidoarjo dan Surabaya
Terdapat penekanan pada pelafalan huruf “b” , “d” dan “j” atau yang sering disebut dengan “medok”. Serta logatnya cenderung sedikit kasar dan lantang dalam pengucapan.
Contoh dalam kalimat lisan :
·         Perkenalkan nama saya Gita Swastiara Adi dari Sidoarjo. (terdapat penekanan pada huruf
·         Bidan cantik, harap diam.


c.       Dialek dari Trenggalek
Intonasi pengucapan kata lebih halus dan cenderung pelan serta dengan pembawaan kalem dan lebih sopan.

Contoh dalam kalimat lisan :
·         Permisi mbak, untuk panitia ESQ kumpul jam 7 ya mbak, terima kasih.
·         Maaf mbak, Sampean PJMK mata kuliah KDK ya?
·         Saya boleh minta bantuan untuk mengembalikan alat ke labolatorium.

d.      Dialek dari Lamongan
Intonasi cenderung cepat, hampir tidak terdapat jeda, terdapat pengelompokan beberapa kata khusus yang khas seperti “igak”, dan pada umumnya untuk menyambung  kalimat yang satu dengan kalimat yang selanjutnya menggunakan kata “-lha”.

Contoh dalam kalimat lisan:
·         Begini loh bu, kami itu seharusnya hari ini ada kuliah KDK, lah... ibu ternyata tidak bisa hadir ...”

2.2  Pengaruh Dialek Dalam Komunikasi Bahasa Indonesia

Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu (menurut Abdul Chaer). Pengucapan bahasa indonesia dipengaruhi oleh dialek karena indonesia sendiri terdiri dari beberapa suku dan daerah yang tersebar luas dari Sabang sampai Marauke. Dialek tersebut biasanya dipengaruhi oleh bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang dipelajari dalam keluarga. Pengucapan bahasa indonesia berdasarkan wilayah tertentu, ada yang merubah pengucapan dari kata asli misalnya dengan penambahan huruf vokal dan terdapat penekanan-penekanan tertentu seperti yang telah kami tuliskan di atas.
Hal tersebut memiliki pengaruh positif dan negatif dalam komunikasi. Pengaruh positif penggunaan dialek dalam komunikasi sehari-hari seperti :
1)      Dianggap lebih komunikatif jika digunakan oleh penutur yang sama-sama dari suku jawa,
2)      Sebagai sarana mengakrabkan diri,
3)      Penutur lebih nyaman karena dialek yang mereka ucapkan merupakan bahasa ibu.

Disisi lain, pengaruh negatif penggunaan dialek dalam komunikasi juga bermacam diantaranya :
1)      Menyalahi kaidah-kaidah bahasa baku,
2)      Dialek tersebut akan terbawa meskipun dalam komunikasi formal,
3)      Jika penutur tetap memakai dialeknya, tidak semua lawan bicara mengerti apa yang dimaksudkan dikarenakan lawan bicara tidak hanya berasal dari daerah yang sama dengan penutur.

Selain beberapa dampak-dampak yang telah kami sebutkan diatas, terdapat suatu keistimewaan yang kami temukan dalam penggunaan dialek saat berkomunikasi memakai bahasa Indonesia dengan teman tidak sedaerah, yaitu mempermudah mengenali seseorang yang mengunakan dialek tersebut. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu ini terlihat jelas ketika dua penutur dengan dialek yang berbeda menggunakan bahasa Indonesia. Selain sangat berfungsi dalam berkomunikasi, bahasa indonesia dapat menjadi bahasa pengantar  untuk mengenali kebudayaan yang beragam di masing-masing daerah khususnya untuk Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D III Kampus Bangkalan Tepatnya di Asrama C.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a)      Macam-macam dialek mahasiswa di asrama C Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kebidanan Kampus Bangkalan :
1)      Dialek dari mojokerto
Terdapat penekanan dan penambahan huruf vokal “u” untuk mengisyaratkan “lebih” atau “sangat”.
2)      Dialek dari Sidoarjo dan Surabaya
Terdapat penekanan pada pelafalan huruf “b” , “d” dan “j” atau yang sering disebut dengan “medok”. Serta logatnya cenderung sedikit kasar dan lantang dalam pengucapan.
3)      Dialek dari Trenggalek
Intonasi pengucapan kata lebih halus dan cenderung pelan serta dengan pembawaan kalem dan lebih sopan.
4)      Dialek dari Lamongan
Intonasi cenderung cepat, hampir tidak terdapat jeda, terdapat pengelompokan beberapa kata khusus yang khas seperti “igak”, dan pada umumnya untuk menyambung  kalimat yang satu dengan kalimat yang selanjutnya menggunakan kata “-lha”.

b)      Pengaruh Dialek Dalam Komunikasi Bahasa Indonesia
Pengaruh positif penggunaan dialek dalam komunikasi sehari-hari seperti :
1)    Dianggap lebih komunikatif jika digunakan oleh penutur yang sama-sama dari suku jawa,
2)    Sebagai sarana mengakrabkan diri,
3)    Penutur lebih nyaman karena dialek yang mereka ucapkan merupakan bahasa ibu.

Disisi lain, pengaruh negatif penggunaan dialek dalam komunikasi juga bermacam diantaranya :
(1) Menyalahi kaidah-kaidah bahasa baku,
(2) Dialek tersebut akan terbawa meskipun dalam komunikasi formal,
(3) Jika penutur tetap memakai dialeknya, tidak semua lawan bicara mengerti apa yang dimaksudkan dikarenakan lawan bicara tidak hanya berasal dari daerah yang sama dengan penutur.

3. 2  Saran
Penggunaan dialek sebaiknya memperhatikan situasi dan kondisi. Apabila sedang berada dalam situasi informal penggunaan dialek dapat ditoleransi sebagai sarana untuk mengakrabkan diri dan kenyamanan dalam berkomunikasi dengan kelompoknya. Namun, jika sedang dalam kondisi formal penutur diharap dapat menempatkan dirinya untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku, karena tidak semua lawan bicara mengerti bahasa dialek yang digunakan.
           









DAFTAR PUSTAKA

http://puramoz.blogspot.com/2012/05/pengertian-dialek.html
Faizah, Umi17 April 2009.   Bahasa Indonesi, Antara Variasi dan Penggunaan. (online)
Alamt : (www.bahasa-indonesi-antara-variasi-dan-penggunaan) diakses 26 Oktober 2009
Depdiknas. 1998. Tata bahasa baku Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Rohman , Taufik.dkk.2006. Antropologi 1. Jakarta: Yudhistira.
http://nurul-setyawan.blog.ugm.ac.id/2011/11/09/3/, 09 november 2011, diakses 4 desember 2012
Chaer Abdul dan Agustina Leonie. 2004. Sosio Linguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Persada.
http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/09/perkembangan-dialek-di-kabupaten-ciamis.html , diakses 4 desember 2012
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
          Jakarta : Antar Kota.
Char, Abdul. 1989. Ragam Bahasa Indonesia Yang Baku. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunn Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta.
Hidayatullah, Muhammad. 2009. “Apa Bahasa Itu? Sepuluh Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli”. (online). (http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli, diakses pada 04 desember 2012).
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494/html, diakses pada 04 desember 2012.
Saragih, Ferdinaen. 2009. “Hubungan Masyarakat dan Bahasa”. (online). (http://ferdinaen01.blogspot.com/2009/02/hubungan-masyarakat-dan-bahasa/html, diakses pada 04 desember 2012).
Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kapita Selekta Sosiolinguistik. Surabaya : Usaha Nasional.
Wijaya, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2010. Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your CommEnT........