Saat kutapaki jalan
Yang biasa kulewati
Saat itu aku sadar
Tanah menghitam
Rumput-rumputpun layu
Seakan-akan mereka tak mau kusentuh
Saat aku pijakkan kaki di jalan berpaku
Aku tahu itulah yang pantas untukku
Saat kutahu
Bunga bermekaran indah ditiap tetes tangisku
Dan aku tahu
Pelangi indah bersinar cerah
Diatas penderitaanku
Jerit tangisku tak terdengar
Atau memang sengaja tak didengar
Aku tahu apa salahku
Sampai kupu-kupu hitam pun tak memihakku lagi
Jika memang aku diharuskan untuk mati
Maka aku akan mati
Tapi kenapa dalam mati
Ataupun hidup
Tak ada satupun yang mau menerimaku
Asam dan pahit kurasakan bersama
Sampai rasa manis pun kulupakan
Salju dingin tak mau bertahan ditengah tangisku
Dia meleleh
Kemudian jadi api yang akan membakarku
Aku ingin menjerit
Tapi saat itu pula
ada banyak orang yang menertawakanku
sengsara aku disini
tak satupun
bahkan tangan kotor yang mau menolongku
lukaku begitu perih
berdarah dan menganga lebar
yang kemudian kau teteskan cuka kedalamnya
sehingga perih yang kurasakan
membuatku mati rasa
jika aku punya dua sayap
maka sekarang
dua sayap itu patah
hancur lebur
aku takut bulu-bulu sayapku itu
akan malah menusukku dari belakang
aku juga takut
mereka akan malah terbakar jadi abu
tiap pilihanku
tak berguna
selalu salah
dan tak berarti
lalu itukah arti hidupku saat ini
entahlah
jika semangat dan sayapku patah
aku masih bisa membuatnya lagi
tapi ini
bukan masalha sayap atau yang lain
melainkan
pemikiran yang sia-sia antara dua orang yang tersesat
atau terbelenggu olehku
aku susah
ini masalah berat untukku
antara menyakiti atau disakiti
aku rela disakiti
tapi tidak untuk menyakiti
dan apakah ini harus kulakukan
aku harus membunuh hati mereka mulai sekarang
karena itu
maafka aku
jika aku tak ada pilihan lain selain membunuh kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your CommEnT........