![]() |
You and Me |
Minggu, 20 Januari 2013
Hikayat Api dan Air
Jumat, 05 Agustus 2011
Di Jogja Aku Tersesat
Di ramai kerumunan orang
Kupegang erat tanganmu penuh cemas
Desak penuh sesak sempat pisahkanku
Tak kudapati lagi punggungmu yang diterpa cahaya emas lampu jalan
Aku diam tak bergerak
Semua orang tak peduli
Ingin ku berteriak, Heii!! Aku tersesat disini
Tapi percuma... pasti tak terdengar
Aku bingung mencari sosokmu
Haruskah aku berlari
Atau harus diam disini
Tak tahan aku dalam diam
Kupilih berlari mencarimu
Nafasku terenggah langkahku mulai kecil
Nyatanya aku tetap tak menemukanmu
Ingin menangis dalam cemaskuku tanpamu
Saat kuingat cahaya emas lampu jalan
Saat itu, kau raih tanganku lalu kau peluk
Kau menemukanku dari sekian banya orang orang Jogja
Di jalan ini aku tersenyum
Mendapatimu yang telah mendapatiku
Ketakutanku
Aku takut, kau akan pergi meninggalkanku
Sejak mimpi itu ada
Setelahnya banyak kata pisah terdengar
Tapi aku takut kau akan pergi
Sejak kucium bau hujan tadi pagi
Setelahnya tak kutemui sosokmu di sela-sela gerimis
Saat kuratapi
Bahwa aku takut kehilangan mu dalam hariku
Aku teriak, tapi tetap kau tak datang
Aku mulai sadar
Kita amat berbeda
Kau dan aku tak pernah sama
Salah waktu yang satukan kita dulu
Aku sadar akan itu dan mulai mundur perlahan...
katakanlah...
Tahu kah kau aku menyukaimu
Bahkan begitu suka
Ditiap hembus nafas saat kau terlelap
Bau hangat tubuhmu
Bahkan saat kau acuhkan aku
Aku suka semuanya
Tapi,
Kenapa sekarang kau berubah
Bunga yang kau beri layu
Rumput yang kau injak kering
Tatapanmupun dingin kalahkan angin malam ini
Sakitkah? Marahkah? atau Meranakah?
Aku tak tahu
Mana sosokmu yang selalu kusuka
Tak bisa kutemukan meski kucari di segela sisi di pandangmu waktu itu
Apakah kau bosan padaku?
Apa salahku?? Katakan!!!
inginku
Aku selalu mengukir sajak ini di atas benakmu
Agar cintamu lebihi ku
Aku selalu ingin mengukir jelas kenangan itu di atas lukamu
Agar senyum selalu tergambar di rautmu
Tapi tahu kah kau aku tak mampu
Mengapaimu walau disaat terang bersinar
Selalu “ingin” ku itu malah buatku sesat
Terbelenggu di ramai sesak sedihmu
Kapan kau tersenyum
Kapan pula kesempatanku mencair
Kau tak beri aku ruang sedikitpun
Haruskah aku terus memelukkmu
Mengusap setiap deru tangismu
Aku bukan malaikat, kau tahu itu
Cintaku ku tahan, tulangku rapuh
Masihkah kau tak beriku kesempatan seperti ini?
Selasa, 28 Desember 2010
dulu
Pohon begitu hijau
Langit begitu bIru
Tapi itu dulu
Yang kita lihat sekarang
hanya kosong diliputi debu
semua begitu putih dan luas
semua begitu ramah dan sejuk
tapi itu dulu
sekarang yang tersisa hanyalah
asap dan tanah gersang
kenapa semua mati?
Kenapa semua musnah?
Masih sempatkah kita bertanya tentang semua itu?
Tidak,,tentu tidak
Waktu sudah tak mau menunggu kita lagi
Semuanya sudah muak
Menunggu perubahan yang tak pernah kita mulai
Lalu kapan?
tangisan ibu kita...
Berapa kalipun ibu kita menjerit...
Kita tak mau tahu,,
Padahal ,,
Ombak dulu tenang
Hujan juga ramah....
Matahari senantiasa tersenyum pada kita,,,
Tapi kenapa...
Kita yang harus bisu
Kita acuh dan mengabaikan mereka
Padang hijau kini hilang
Rumput-rumput enggan tumbuh
Burung-burung tak lagi berkicau
Haruskah ibu kita kehilangan semua ini
Setelah apa yang dia berikan?
Apakah pantas kita tetap diam
Ataukah kita meneruskan apa yang ada sekarang
Itu ada diantara kita dan bencana....