Kontes SEO Gudangpoker.com

Kunjungi

Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Januari 2013

Hikayat Api dan Air


di saat kemarau panjang menerpa
lalu di titik akhir hujan datang
di saat itulah aku teringat kembali pada cerita lama
sebuah cerita usang tentang api dan air
yang memaksa bersatu
ketika kuingat kembali waktu itu
saat kutenggok pembicaraan api dengan air
api lah yang pertama kali menggoda air
dengan lirih dia berkata
"hai air, kenapa kau selalu lesu begitu?"
air kemudian tersenyum lalu menjawab, "siapa bilang lesu, aku hanya sedang menunggu"
api diam sejenakmemikirkan apa yang sebenarnya ditunggu oleh api
kemudian api mulai terfikir untuk membakar semua yang ada disekitarnya 
dan tepat !!
air kemudian mengikuti
agar api itu padam
"kau harus selalu bersamaku, air" seru api
"kenapa aku harus?, aku bisa saja menolak?" jawab air
"aku ini memang diciptakan untuk kau padamkan, dan begitu pula kamu air, hanya akulah yang dapat meredam amarahmu sebelum menjadi badai" jelas api
senyum lembut api membuat air menjadi tenang
lalu kemudian air menanggis
"tapi bukankah hal itu membuat kita tiada?"
"tidak !" jawab api tegas
"yang ada hanyalah kita akan dipersatukan kembali terus menerus sepanjang waktu"
tanpa pikir panjang api kemudian memeluk air
dengan tersenyum mereka berdua hilang menjadi buih-buih uap
mereka terbang keatas
lalu kembali lagi terlahir menjadi sosok yang baru
lalu terulang lagi menjadi pemahaman yang lain
terkadang aku juga ingin menjadi salah satu tokoh dari cerita itu
agar aku dapat menunjukkan rasa sayangku
sehingga kau yakin
You and Me
lalu tak ada lagi orang yang bisa mendampingimu selain aku

Jumat, 05 Agustus 2011

Di Jogja Aku Tersesat

Di ramai kerumunan orang

Kupegang erat tanganmu penuh cemas

Desak penuh sesak sempat pisahkanku

Tak kudapati lagi punggungmu yang diterpa cahaya emas lampu jalan

Aku diam tak bergerak

Semua orang tak peduli

Ingin ku berteriak, Heii!! Aku tersesat disini

Tapi percuma... pasti tak terdengar

Aku bingung mencari sosokmu

Haruskah aku berlari

Atau harus diam disini

Tak tahan aku dalam diam

Kupilih berlari mencarimu

Nafasku terenggah langkahku mulai kecil

Nyatanya aku tetap tak menemukanmu

Ingin menangis dalam cemaskuku tanpamu

Saat kuingat cahaya emas lampu jalan

Saat itu, kau raih tanganku lalu kau peluk

Kau menemukanku dari sekian banya orang orang Jogja

Di jalan ini aku tersenyum

Mendapatimu yang telah mendapatiku

Ketakutanku

Aku takut, kau akan pergi meninggalkanku

Sejak mimpi itu ada

Setelahnya banyak kata pisah terdengar

Tapi aku takut kau akan pergi

Sejak kucium bau hujan tadi pagi

Setelahnya tak kutemui sosokmu di sela-sela gerimis

Saat kuratapi

Bahwa aku takut kehilangan mu dalam hariku

Aku teriak, tapi tetap kau tak datang

Aku mulai sadar

Kita amat berbeda

Kau dan aku tak pernah sama

Salah waktu yang satukan kita dulu

Aku sadar akan itu dan mulai mundur perlahan...

katakanlah...

Tahu kah kau aku menyukaimu

Bahkan begitu suka

Ditiap hembus nafas saat kau terlelap

Bau hangat tubuhmu

Bahkan saat kau acuhkan aku

Aku suka semuanya

Tapi,

Kenapa sekarang kau berubah

Bunga yang kau beri layu

Rumput yang kau injak kering

Tatapanmupun dingin kalahkan angin malam ini

Sakitkah? Marahkah? atau Meranakah?

Aku tak tahu

Mana sosokmu yang selalu kusuka

Tak bisa kutemukan meski kucari di segela sisi di pandangmu waktu itu

Apakah kau bosan padaku?

Apa salahku?? Katakan!!!

inginku

Aku selalu mengukir sajak ini di atas benakmu

Agar cintamu lebihi ku

Aku selalu ingin mengukir jelas kenangan itu di atas lukamu

Agar senyum selalu tergambar di rautmu

Tapi tahu kah kau aku tak mampu

Mengapaimu walau disaat terang bersinar

Selalu “ingin” ku itu malah buatku sesat

Terbelenggu di ramai sesak sedihmu

Kapan kau tersenyum

Kapan pula kesempatanku mencair

Kau tak beri aku ruang sedikitpun

Haruskah aku terus memelukkmu

Mengusap setiap deru tangismu

Aku bukan malaikat, kau tahu itu

Cintaku ku tahan, tulangku rapuh

Masihkah kau tak beriku kesempatan seperti ini?

Selasa, 28 Desember 2010

dulu

Pohon begitu hijau

Langit begitu bIru

Tapi itu dulu

Yang kita lihat sekarang

hanya kosong diliputi debu

semua begitu putih dan luas

semua begitu ramah dan sejuk

tapi itu dulu

sekarang yang tersisa hanyalah

asap dan tanah gersang

kenapa semua mati?

Kenapa semua musnah?

Masih sempatkah kita bertanya tentang semua itu?

Tidak,,tentu tidak

Waktu sudah tak mau menunggu kita lagi

Semuanya sudah muak

Menunggu perubahan yang tak pernah kita mulai

Lalu kapan?

tangisan ibu kita...

Berapa kalipun ibu kita menjerit...

Kita tak mau tahu,,

Padahal ,,

Ombak dulu tenang

Hujan juga ramah....

Matahari senantiasa tersenyum pada kita,,,

Tapi kenapa...

Kita yang harus bisu

Kita acuh dan mengabaikan mereka

Padang hijau kini hilang

Rumput-rumput enggan tumbuh

Burung-burung tak lagi berkicau

Haruskah ibu kita kehilangan semua ini

Setelah apa yang dia berikan?

Apakah pantas kita tetap diam

Ataukah kita meneruskan apa yang ada sekarang

Itu ada diantara kita dan bencana....