KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
KASUS II
OLEH:
SEMESTER I
KELOMPOK III
KELAS NON
REGULER
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
PRODI
KEBIDANAN KAMPUS BANGKALAN
2012 / 2013
NAMA
KELOMPOK
1. Agnes Ayu
Kartika Dewi (17 / NONREG)
2. Anggraini
Lutfi Yana (18 /
NONREG)
3. Ilmiyah (19
/ NONREG)
4. Ladya Ismi
Liana (20 /
NONREG)
5. Azzah
Izdihar (21
/ NONREG)
6. Devy Alrina
Sari (22 / NONREG)
7. Dwi Kartika
Sari (23 /
NONREG)
8.
Dwi Ajeng Prameylia (24 / NONREG )
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah
kami mengenai kasus II pada pelajaran Keterampilan Dasar Kebidanan.
Makalah ini
disusun sesederhana mungkin agar lebih mudah dipahami tentang bagaimana
kebutuhan cairan dan elektrolit bagi tubuh .Tanpa kita sadari betapa sangat
berartinya organ tubuh kita, dari itu kita harus tahu bagaimana kebutuhan
cairan dan elektrolit.Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan pengetahuan tentang kebutuhan cairan dan elektrolit bagi tubuh.
Mudah-mudahan
dengan adanya makalah ini, dapat memberi manfaat kepada para pembaca sebagai
dasar untuk lebih memudahkan dalam mempelajari Keterampilan Dasar Kebidanan
lebih lanjut. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah
ini sehingga dapat terselesaikan dengan mudah karena dukungan dan doa yang
telah diberikan, penyusun mengucapkan banyak terima kasih. Segala saran untuk
penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan dan dengan ini diucapkan banyak
terima kasih.Wassalam.
Bangkalan,
30 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………….....................……….................…..…1
NAMA
KELOMPOK...............................................................................................................2
KATA
PENGANTAR……………………………………………………......................……3
DAFTAR
ISI……………...............…………………………………………..………………4
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ………………………………………………......…………………....….5
1.2
Perumusan Masalah………………….....…………………………………………….......5
1.3
Tujuan Penulisan......................................…………………………………………..........6
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1
Istilah-istilah Medis yang Ada Pada Kasus Ny. Monik Beserta Definisi dan
Pengertian
Masing-masing...................................................................................................................7
2.2 Fisiologi Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit......................................................…....…..7
2.3 Jumlah Kebutuhan Cairan
dan Elektrolit yang dibutuhkan Tubuh pada Kondisi Normal......................................................................................……………........………13
2.4 Identifikasi
Tanda-Tanda dari Hipovolomik Shock yang dialami Ny. Monik..................14
2.5Gangguan/ Masalah
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit yang dapat Terjadi pada Ny. Monik Selain
Hipovolomik Shock...........................................................................15
2.6Penyebab Terjadinya Gangguan Keseimbangan pada Cairan Tubuh dan
Elektrolit........24
2.7 Persiapan
yang perlu di lakukan sebelum tindakan infus dan tranfusi darah...................28
BAB
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….......31
3.2 Saran………………………………………………………………………………..32
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….......31
3.2 Saran………………………………………………………………………………..32
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ny. Monik, umur 36 tahun, dirawat di IRNA C
dengan Diagnose (Dx) Retentio Plasenta dan Perdarahan Post Partum / HPP
(Haemorargia Post Partum). Saat datang K/u (Keadaan Umum) sangat lemah dengan
tanda-tanda Hipovolomik Shock. Saat ini Ny. Monik sedang di Infus RL (Ringer
Lactat) dengan tetesan grojok, dan direncanakan untuk dilakukan tranfusi.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Identifikasi
istilah-istilah medis yang ada pada kasus Ny. Monik diatas dan tuliskan pengertian atau definisi
masing-masing istilah tersebut?
1.2.2
Jelaskan tentang
fisiologi keseimbangan cairan dan elektrolit, komposisi dan jenis cairan tubuh
pada keadaan normal?
1.2.3
Tentukan jumlah
kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan tubuh pada kondisi normal?
1.2.4
Identifikasi
tanda-tanda dari Hipovolomik Shock yang dialami Ny. Monik?
1.2.5
Selain Hipovolomik
Shock gangguan / masalah keseimbangan cairan dan elektrolit apa saja yang dapat terjadi pada Ny. Monik?
1.2.6
Selain perdarahan, apa
sajakah yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.7
Persiapan apa saja yang
diperlukan sebelum tindakan infus dan tranfusi darah?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
istilah-istilah medis yang ada pada kasus Ny. Monik beserta pengertian dan definisi masing-masing
1.3.2
Untuk mengetahui
tentang fisiologi keseimbangan cairan dan elektrolit, komposisi dan jenis cairan tubuh pada keadaan normal
1.3.3
Mengetahui jumlah
kebutuhan cairan dan elektrolit yang di butuhkan tubuh pada kondisi normal
1.3.4
Untuk mengetahui
tanda-tanda dari Hipovolmik Shock yang di alami Ny. Monik
1.3.5
Untuk mengetahui
gangguan / masalah keseimbangan cairan dan elektrolit apa saja yang dapat terjadi pada Ny. Monik
selain Hipovolmik Shock
1.3.6
Untuk Mengetahui apa
sajakah yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit selain disebabkan
oleh pendarahan
1.3.7
Untuk mengetahui
Persiapan apa saja yang diperlukan sebelum tindakan infus dan tranfusi darah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Istilah-istilah Medis yang Ada Pada Kasus Ny.
Monik Beserta Definisi dan Pengertian Masing-masing
2.1.1
Plasenta Lengket
(Retensio Plasenta) adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi, atau 1 -2 jam post partum
tanpa perdarahan yang berlebihan jika home birth Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan dan infeksi.
2.1.2
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
2.1.3
Syok hipovolemik adalah suatu
keadaan serius yang terjadi akibat penurunan volume darah. Syok
Hipovolemikterjadi jika volume darah tidak adekuat untuk mengisi rongga
intravascular.
2.1.4
Infus merupakan
cairan solusio untuk mengganti cairan tubuh, sebagai keseimbangan cairan
elektrolit dan terapi shock. Tersedia dalam kemasan 250, 500, 1000 ml bags.
Ringer’s laktat (RL) mengandung 40 – 50 ml/kg NaCl 0,6 g, CaCl dihidrat 0,02 g,
KCl 0,03 g, Sodium laktat 0,31 g (Kirk&Bistner,1985).
2.2
Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,
paru-paru, dan gastrointestinal.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran
cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit.Hal ini terlihat
pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam basadarah, dan pengaturan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses
pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal
seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.Jumlah
urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan
rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Kulit
merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi
oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit memengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses
pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari
kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.Melalui kelenjar
keringat ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang
lebih setengah liter sehari.Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh
aktivitas otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan
melalui pemancaran, yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara
tersebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan
panas ke benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara
yang telah panas ke permuaaan yang lebih dingin.
3. Paru-Paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran
cairan dengan menghasilkan insensible
water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan (kemampuan bernapas),
misalnya orang yang melakukan olahraga berat.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran
pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan
dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/ hari.Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat
melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal),
yakni anti diuretic hormone (ADH), system aldosteron, prostaglandin, dan
glukokortikoid.
1. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk
oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairan ekstrasel.
2. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan
berfungsi pada absorbs natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan system angiotensin renin.
3. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan
yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,
dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
4. Glokokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan
air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan
cairan dengan merangsang pelepasan renin.Pelepasan renin tersebut dapat
menimbulkan produksi angiotensin II yang merangsang hipotalamus, sehingga
menimbulkan rasa haus.
Kebutuhan Cairan Tubuh
bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh
dengan hamper 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan
bagian padat dari dalam tubuh. Secara keseluruhan, persentase cairan tubuh
berbeda berdasarkan usia. Persentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75%
dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa
55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain
itu, persentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin.Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh
pun besar.Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit disbanding
pada pria, karena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan lemak dalam tubuh pria dewasa.
Tabel
4.1 Kebutuhan air berdasarkan usia dan berat badan
Usia
|
Kebutuhan Air
|
|
Jumlah Air dalam 24 jam
|
ml/kg Berat Badan
|
|
3 hari
1 tahun
2 tahun
4 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
Dewasa
|
250-300
1150-1300
1350-1500
1600-1800
2000-2500
2200-2700
2200-2700
2400-2600
|
80-100
120-135
115-125
100-110
70-85
50-60
40-50
20-30
|
Sumber.Behrman
dkk.1996
Cara Perpindahan Cairan
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya
molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas atau acak.
Proses diusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran
kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi bergantung pada
factor ukuran molekul, konsentrasicairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak
lambat dibanding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan
berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses
difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut
murni (seperti air) melalui membran semipermeabel, biasanya terjadi dari
larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat
ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi akan
bertambah volumenya. Solute adalah
zat terlarut, sedangkan solvent adalah pelarutnya. Garam adalah solute, sedangkan air merupakan solvent. Prose osmosis ini penting dalam
pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel. Osmolaritas adalah cara
untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol.
Natrium dalam NaCl berperan penting dalam
pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan
garam dengan kepekatan yang berbeda dab di dalamnya di masukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan sel tersebut yang akan seimbang dan
berdifusi lebih dahulu. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai
kepekatan sama dengan larutan yang di campur. Larutan NaCl 0,9% merupakan
larutan yang isotonik karena larutan tersebut mempunyai kepekatan yang sama
dengan larutan dalam sistem vascular. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan
lebih rendah di banding dengan larutan intasel.
3. Transpor
Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh
dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transport aktif merupakan gerak zat
yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktifitas metabolik dan
pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane
sel ( Potter, 1997). Proses ini dapat menerima / memindahkan molekul dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses ini penting untuk
mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Sebagai contoh natrium
dan kalium, dimana natrium di pompa keluar sel dan kalium di pompa masuk di
dalam sel.
Faktor
yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh
dua factor yakni tekanan cairan dan membrane semipermeabel.
1.
Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya
tekanan cairan. Dalam proses osmosis, tekanan osmotik merupakan kemampuan
partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua
larutan dengan perbedaan konsentrasimaka larutan yang konsentrasi molekulnya
lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan
kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut kristaloid.
Sebagai contoh: koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma,
sedangkan larutan kristaloid adalah larutan garam. Secara normal, perpindahan
cairan menembus membrane sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic
ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya larutan
yang sering di gunakan dalam pemberian infus intarvena bersifat isotonic karena
mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel.Larutan intravena
yang hipotonik, yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat
disbanding dengan konsentrasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic
plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotic cairan interstisial
karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar di banding cairan
interstisial dan molekul protein lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid
dan sulit menenmbus membrane semipermiabel.
Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup.Hal ini penting untuk
pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2. Membran
semipermiabel
Merupakan penyaring agar cairan yang
bermolekul besar tidak tergabung. Membrane semipermiabel ini terdapat pada
dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul
atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
Jenis
Cairan
1. Cairan
zat gizi (nutrient)
Pasien yang istirahat
di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrient dapat
di berikan melalui intar
2.3
Jumlah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit yang dibutuhkan Tubuh pada Kondisi Normal
Jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit yang di butuhkan tubuh
pada kondisi normal , kurang lebih 60% dari berat badan , 2/3 bagian berada di
intrasel dan 1/3 bagian berada di ekstrasel
yang merupakan terdiri dari cairan dan elektrolit di dalam tubuh kita .
Ø Kebutuhan
cairan
Kebutuhan cairan dewasa berkisar sekitar
2400-2600 jumlah air dalam 24 jam dan 20-30 ml/kg berat badan.
60% berat badan tubuh adalah
-
Cairan intrasel (CIS)
40% dari berat badan.
-
Cairan ekstrasel (CES)
20% dari berat badan yang terdiri dari:
a.
Cairan intravaskuler
(plasma) 5 % dari berat badan.
b.
Cairan interstisil 15
% dari berat badan.
Ø Kebutuhan
elektrolit
Elektrolit terdapat pada sseluruh cairan
tubuh.Cairan tubuh mengandung oksigen,nutrien,dan sisa metabolisme yang semua
nya di sebut oksigen.
-
Terdapat komposisi Elektrolit dalam plasma :
a.
Dari CES : Natrium :
135-145 m Eq/L
Klorida :
100-106 m Eq/L
b.
Dari CIS :
Kalium : 3,5 – 5,5 mEq/liter
Phospat : 3 – 4,5 mg/liter
Pengukuran elektrolit dalam satuan mili ekuivalen per liter
cairan tubuh atau miligram per 100ml (mg/100ml ).
2.4. Identifikasi Tanda-Tanda dari Hipovolomik Shock
yang dialami Ny. Monik
Gejala syok
hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya
volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi.Pasien muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan
takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. Apabila syok telah terjadi,
tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari
15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.
Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps
akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
2. Takhikardia: peningkatan laju jantung dan
kontraktilitas adalah respons homeostasis penting untuk hipovolemia.
Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah
produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi
perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah.
Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun
tidak di bawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan
berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah
urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang
mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan menunjukkan adanya
tanda-tanda dehidrasi seperti:
a.
Turunnya turgor jaringan;
b.
Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir
dan lidah menjadi kering
c.
Bola mata cekung.
2.5
Gangguan/
Masalah Keseimbangan Cairan dan Elektrolit yang dapat Terjadi pada Ny. Monik
Selain Hipovolomik Shock
Gangguan Keseimbangan Elektrolit :
1.Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Karena : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
1.Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Karena : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
·
Jika
Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
·
Jika Na plasma turun 10
mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang,
disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
·
Jika hiponatremia
terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti
hipotensi dan takikardi
2.Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Karena : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Karena : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
3.
Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
·
Etiologi
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
·
Diuretik
Asupan
K+ yang tidak cukup dari diet
Ekskresi berlebihan melalui ginjal
Maldistribusi K+
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi.EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Ekskresi berlebihan melalui ginjal
Maldistribusi K+
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi.EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
·
Etiologi :
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah. Insufisiensi adrenal Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama Hipoaldosteron.
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah. Insufisiensi adrenal Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama Hipoaldosteron.
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
a. Dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam
keseimbangan air yang disertai output yang melebihi intake sehingga jumlah air
pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi
dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.
Dehidrasi
dapat terjadi karena :
· Kekurangan air ( water defletion)
· Kekurangan Natrium ( sodium
defletion)
· Kekurangan air dan natrium secara
bersama-sama.
Kekurangan
air atau dehidrasi primer :
Terjadi karena masuknya air sangat
terbatas, misalnya pada pasien pendarahan post partum.Gejala-gejala khas pada
dehidrasi primer adalah: haus, air liur sedikit sekali sehingga mulut kering,
oliguria, sampai anuri, sangat lemah, timbulnya gangguan mental seperti
halusinasi dan delirium.
Pada stadium awal kekurangan cairan ion
natrium dan klor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi akhirnya tertadi
reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga cairan
ekstrasel mengandung natrium dan klor berlebihan dan terjadi hipertoni.
Hal ini menyebabkan air keluar dari sel
sehingga terjadi dehidrasi intrasel dan inilah yang menimbulkan rasa
haus.Selain itu terjadi perangsangan pada hipofisis yang kemudian melepaskan
hormon antidiuritik sehingga terjadi oliguria.
Dehidrasi
sekunder (sodium defletion)
Dehidrasi yang terjadi karena tubuh
kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit.Kekurangan natrium sering
terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan
muntah-muntah dan diare yang hebat. Hilangnya natrium melalui air kemih tidak
biasa, tetapi dalam keadaan tertentu dapat terjadi seperti pada; penyakit
addison, asidosis yang terjadi akibat diabetis, penyakit ginjal tertentu.
Sering pada penyakit-penyakit ini diperberat dengan adanya muntah-muntah.
Akibat kekurangan natrium terjadi hipotoni
ektrasel sehingga tekanan osmotik menurun.Hal ini menghambat dikeluarkannya
hormon antidiuretik sehingga ginjal mengeluarkan air, agar tercapai konsentrasi
cairan ekstrasel yang normal.Akibatnya volume plasma dan cairan interstisial
menurun. Selain itu, karena terdapat hipotoni ekstrasel, air akan masuk ke
dalam sel.Gejala-gejala dehidrasi sekunder : nausea, muntah-munyah, kekejangan,
sakit kepala, perasaan lesu dan lelah.
Akibat turunnya volume darah maka cardiac
output juga menurun, sehingga tekanan darah juga menurun dan sering menyebabkan
pingsan kalau berdiri lama dan filtrasi glomerulos menurun, sehingga terjadi
penimbunan nitrogen.Air kemih sebenarnya tidak mengandung natrium klorida,
selain itu juga terjadi gangguan keseimbangan asam basa dan hemokonsentrasi.
· Sumber masukan dan hilangnya cairan
tubuh
1. Intake cairan normal
Orang
dewasa sehat memasukkan cairan normal sejumlah 90% dari intake cairan setiap
harinya (sekitar 250 cc) . Sekitar 10% intake cairan (200-300 cc) dihasilkan
dari produk metabolisme seluler
2. Hilangnya cairan normal
Balans cairan setiap hari dipertahankan,
karena paru-paru, kulit, saluran cerna dan ginjal mengekresikan sejumlah cairan
sama dengan intake cairan total . IWL (insensible water loss) adalah hilangnya
cairan yang tidak dapat dilihat atau diukur dan terjadi melalui evaporasi dan
respirasi (kira-kira 500 cc) . Sensiible Water Loss adalah hilangnya cairan
yang dapat kita amati yaitu melalui urine keringat dan feces. Ginjal
mengsekresikan air dalam urin kira-kira 800 - 1500 cc per hari.Hilangnya cairan
melalui kulit sekitar 500 - 600 cc melalui keringat dan penguapan.Jumlah ini
dapat bervariasi tergantung pada suhu lingkungan atau dalam tubuh
individu.Karena kebanyakan air yang dihasilkan, oleh saluran cerna
direabsorbsi, hilangnya air dalam feces sekitar 100 - 200 cc per hari. Karena
output urine setiap hari hampir sama dengan sejumlah intake cairan, balans
cairan individu dapat diperkirakan dengan membandingkan intake cairan oral dan
output urine
· Sumber masukkan dan pengeluaran
elektrolit tubuh
1.
Masukkan elektrolit tubuh
Didaptkan
dari masukkan cairan atau makanan yang masuk ke dalam tubuh
2. Ekresi elektrolit
Elektrolit
dikeluarkan selama eliminasi cairan tubuh yang berlebihan dengan berbagai
alasan :
· Ekresi elektrolit melalui
ginjal padasaat pemberian terapi
diuretika.
· Eliminasi elektrolit melalui gastro
intestinal pada saat terjadi diare.
· Eliminasi cairan melalui saluran
cerna bagian atas ; hidrogen dan potassium
· Eliminasi cairan melaui saluran
cerna bagian bawah ; bikarbonat
· Diaphoresis yang berlebihan : sodium
dan klorida
Dinamika
balans cairan tubuh :
· Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi
untuk menggerakkan air (molekul atau partikel terlarut) kembali dan melewati
membran sel di antara ruang cairan .Mekanisme ini yaitu osmosis dan difusi.
Distribusi cairan tubuh dipertahankan oleh
1. Tekanan osmotik : tekanan yang
mendesak membran semi permiabel.Cairan bergerak dari area berkonsentrasi rendah
sampai mencapai kesamaan .
2. Tekanan hidrostatik : tekanan pada
cairan yang mendesak ke arah keluar melawan pusat tekanan (mis; jantung memompa
darah yang menghasilkan tekanan pada dinding pembuluh darah).
Adanya konsentrasi zat terlarut (misalnya
sodium) akan menarik pelarut melalui membran permiable, jika zat terlarut tidak
dapat mengalami difusi melalui membran. Osmose terjadi jika ada perbedaan
tekanan yaitu konsentrasi air dalam larutan pada satu sisi membran lebih tinggi
dari yang lain. Pada difusi zat terlarut bergerak dari area berkonsentrasi
tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih rendah. Jika pembatas ruangitu adalah
membran sel cairan akan ditekan melewati membran bila terdsapat tekanan yang
lebih tinggi, yaitu keadaan dimana tekanan hidrostatik lebih besar pada satu
sisisnya daripada yang lain. Cairan
mencapai ekuilibrium atau keseimbangan dengan bergerak dari area
bertekanan hidrostatik lebih tinggi ke area bertekanan lebih rendah. Jika air
bergerak melalui membran semi permiabel molekul yang lebih kecil akan bergerak
bersama air. Molekul yang lebih besar
akan tetap berada pada satu sisi membran.
Dinamakan
filtrasi
Proses fisika yang membantu pertukaran
cairan pada tingkat intra vaskuler dan interstisial dinamakan dinamika kapiler
atau hukum Starling .Kapiler merupakan pembuluh dengan ketebalan selapis sel
yang membatasi cairan intravaskuler dan interstisial. Dinamika kapiler secara
langsung berhubungan dengan tekanan hidrostatik yang berbeda antara ujung
kapiler vena dan ujung kapiler arteri .
Air , elektrolit dan nutrien sel dipompa
dari ujungkapiler arteri ke arah luar oleh pompa aktif jantung (tekanan
hidrostatik) melalui dinding membran sel kapiler. Pa da saat yang sama, sisa -
sisa produk sel dan elektrolit ditarik ke ujung kapiler vena dengan tekanan
osmotik yang dihasilkan oleh sifat magnetik protein lasma. Protein plasma
meliputi : Albumin, yang menjaga tekanan koloid osmotik di dalam cairan
ekstraseluler dan integritas dinding sel. Globulin, bertanggung jawab untuk
fungsi immunologi. Fibrinogen, bertanggung jawab untuk pembekuan darah.
Protein berperan pada dinamika balans
cairan dengan menjaga cairan tetap di dalam sel dan menjaga cairan dalam ruang
ektraseluler. Tekanan hidrostatik secara umum oleh aktifitas pompa jantung pada
ujung arteri kapiler adalah 32 mmHg sementara tekanan osmotik dalam ruang
interstisial 4 mmHg total 36 mmHg tekanan
ke arah luar.
Dalam kapiler, protein plasma (terutama
albumin) memelihara stabilitas tekanan koloidosmotik 22 mmHg .Protein plasma
ini tidak permiabel melalui sel dinding kapiler. Tekanan koloid osmotik
dikombinasi dengan tekanan hidrostatik jaringan 4 mmHg sama dengan 26 mmHg.
Perbadaan tekanan jaringan 10 mmHg (36 - 26 mmHg) adalah kekuatan mendesak
keluar cairan dari plasma. Tekanan hidrostatik plasma berturut-turut menurun
dengan makin sedikit dan makin jauhnya dari jantung menjadi 17 mmHg di ujung
kapiler vena, sementara tekanan osmotik jaringan kembali konstan 4 mmHg.
Kekuatan total desakan pada ujung kapiler vena menjadi hanya 21 mmHg. Pada saat
yang sama tekanan hidrostatik interstisial meningkat sedikit menjadi 6 mmHg,
ditambah tekanan koloid osmotik yang tidak berubah 22 mmHg menghasilkan tekanan
total 28 mmHg, menarik kembali cairan ke plasma. Kekuatan menarik cairan ke
plasma pada ujung kapiler vena adalah 7 mmHg (28 - 21 mmHg).Cairan yang lepas
dari plasma ke ruang interstisial dikembalikan ke sirkulasi oleh sistim
limpatik yang memelihara volume darah yang normal.
· Tranport aktif
Transport aktif terjadi jika
larutan/substansi yang melewati membran sel membutuhakan pengeluaran energi.
Proses pompa aktif bekerja dari energi yang terlepas saat molekul ADP pecah.
Energi ini menguatkan gerakkan substansi(gerakan melawan tekanan/konsentrasi
yang lebih tinggi). Transpor aktif dapat menggerakkan substansi yang berbeda
kedalam atau keluar sel secara serempak. Contoh transport aktif adalah pompa Na
dan K dimana ion Na dipompa ke dalam dan ion K dipompa keluar sel setiap
perubahan yang terjadi. Elektrolit-elektorlit lain juga dipompa keluar dan
kedalam sel. Pompa sodium dan potassium berperan sebagai kunci dalam memelihara
volume cairan intrase(ICF). Aliran keluar ion Na mengimbangi tekanan osmotik
yang dihasilkan oleh protein intra sel untuk menekan kelebihan air kedalam sel.
Ginjal
:
Ginjal adalah pengatur keseimbangan natrium
dan cairan dalam ECF, sel dalam Glomerulus mengsekresi enzim renin jika
mendapat rangsangan penurunan sodium dan menurunnya volume plasma.Renin
mengaktifkan angiotengsin I dan kemudian secara enzimatik berubah menjadi
angiotengsin II, suatu vasokonstriktor. Angiotengsin II secara selektif
mengkontriksi arteriol di nephron, jika sodium serum menurun pada peningkatan
volume plasma , filtrasi glomerulus akan meningkat sehingga terjadi peningkatan
output urine. Jika sodium serum tinggi dengan volume plasma rendah atau normal,
filtrasi glomerulus akan menurun sehingga output urine menurun titik.
Angiotengsin II juga menyebabkan lepasnya hormon aldosteron dari korteks
adrenal.Hormon ini bekerja pada tubulus distal, menyebabkan reabsorbsi sodium
dan air serta ekresi potassium.
1. Anti diuretika hormon (ADH)
Berfungsi
untuk mencegah tubuh kekurangan air melalui mekanisme peningkatan rearsobsi
natrium dan air ditubulus ginjal.ADH diproduksi karena adanya stimulasi yang
disebabkan oleh peningkatan osmolaritas, penurunan volume CES.
· Mekanisme penyerapan disistim
pencernaan dan mekanisme haus di hipotalamus yang mencegah tubuh kekuranga air.
· Aldosteron (diproduksi di korteks
ginjal). Bekerja ditubulus ginjal untuk mengabsorpsi natrium (sifat mengikat
cairan), mengekresikan kalium dan meningkatkan sirkulasi.
· Parathormon (PTH). Meningkatkan absoprsi
kalsium dalam usus, meningkatkan pengeluaran kalsium dari tulang dan
meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal.
· Mekanisme pergerakkan cairan dan
elektrolit
· Cairan, elektrolit, gas, dan
molekul-molekul kecil bergerak bebas melalui membran semipermiabel keseluruh
bagian tubuh. Pergerakkan ini terjadi terus-menerus untuk membawa oksigen dan
nutrisi bagi sel dan mengeluarkan sisa methabolisme dari sel, pergerakkan
tersebut terjadi karena adanya mekanisme diffusi, osmosis, dan filtrasi.
Sistem
Cardiovaskuler
Sistim
ini mengatur volume cairan, sensorik tekanan dan atrial natriuretik
faktor.Volume darah yang normal membuat jantung memompa darah ke ginjal pada
tekanan yang optimal dimana perfusi ginjal adekuat untuk membentuk urina.
Peubahan voluma darah secara langsung mempengaruhi tekanan darah arteri dan
output urine. Meningkatnya volume darah akan meningkatkan kardiak output.
Peningkatan CO menyebabkan tekanan arteri meningkat yang secara langsung
mempengaruhi ginjal, menyebabkan meningkatnya output urine, begitu sebaliknya
bila terjadi penurunan volume darah yang merupakan upaya mempertahankan volume
darah yang stabil pada keadaan intake cairan sehari-hari.
Baroreseptor arteri dan sensor tekanan
darah (reseptor stretch) pada pembuluh darah yang lebih besar (aorta, arteri
karotis) berespon terhadap perubahan volume darah;
1. Meningkatnya tekanan arteri
menyebabkan baroreseptor berespon dan stretch reseptor mengirimkan impuls untuk
menghambat sistim saraf simpatetik.
2. Refleks susunan saraf simpatetik
menyebabkan dilatasi arteriol ginjal yang selanjutnya meningkatkan output
urine.
Faktor nutriuretik atriel (ANF) adalah
hormon polipeptida yang disekresi oleh atrial jantung ke dalam darah yang
merentangkan atrial oleh meningkatnya volume darah. Sinyal ANF pada ginjal
menurunkan reabsorbsi tubulus terhadap natrium sebagai hasilnya osmolaritas dan
output urine meningkat, volume darah menurun. ANF mempunyai efek jangka pendek
terhadap volume darah: Hormon ini nampak sebagai penetralisir mekanisme pengaturan
pada keadaan kronik meningkatnya volume darah.
Saluran
cerna
Organ saluran cerna mencerna makanan,
sehingga dapat diabsorbsi oleh tubuh. Proses enzimatik dan hormonal dalam
pencernaan, dikombinasi dengan transpor aktif dan pasif merupakan mekanisme
dimana saluran cerna berpartisipasi dalam pengaturan volume cairan. Setelah
awal pencernaan di gaster, caira bercampur air dan sekresi saluran cerna (dalam
24 jam volume sekitar 9 liter) bergerak ke usus halus.Sekitar 85 - 95 % air
diabsorbsi dan sari-sari makanan ditransport ke plasma melewati usus
halus. Kolon mengabsorbsi air 500 - 1000
ml dan menyerap elektrolit sebelum bergerak menuju rektum dan anus yang akan
dikeluarkan sebagai faeses.
Secara
endokrin
Pengatur utama intake cairan adalah pusat
rasa haus di hipotalamus.Seseorang minum/berhenti minum sebagai respon umpan
balik sinyal dari pusat rasa haus dan saluran cerna.Penurunan ICF di sel pusat
rasa haus ditambah menurunnya jumlah cairan dalam usus merangsang seseorang
untuk minum.Sel osmoreseptor di hipotalamus posterior berespon terhadap
perubahan osmolaritas ECF.Jika osmolaritas meningkat, kelenjar piktuiritari
mensekresi hormon ADH.Jika osmolaritas ECF menurun, sekresi ADH dihambat.ADH
bekerja ditubulus distal untuk meningkatkan permebilitas membran terhadap air
sehingga meningkatkan reabsorbsi air.Reseptor di sensorik mukosa salura cerna
dibawah pengaruh ADH mengabsorbsi air diusus besar (kolon). Volume ICF pada
pusat rasa haus yang meningkat menghambat keinginan untuk minum, segera mekanisme
umpan balik rsa haus dan fungsi ADH
bekerja sebaliknya terhadap air untuk memlihara keadaan homeostasis.
Adrenal mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit melalui sekresi hormon
steroid terutama aldosteron.Paratiroid membantu mempertahankan keseimbangan
elektrolit melalui sekresi hormon paratiroid.
2.6
Penyebab Terjadinya Gangguan Keseimbangan pada Cairan Tubuh dan Elektrolit
2.6.1
Diare
Diare adalah frekwensi buang air besar dalam
bentuk cairan lebih dari tiga kali, dalam satu hari .Biasanya berlangsung dua
hari atau lebih, selain itu tinja atau feses penderita masih memiliki kandungan
air berlebihan, kira – kira 200 gram.Diare merupakan keadaan yang paling sering
menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar.Di seluruh dunia, 4 juta
anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
2.6.2
Nefritis
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulusginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteristreptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan
menderita uremia atau edema. Uremia adalah masuknya kembali urine (C5H4N4O3)
dan urea ke dalam pembuluh darah sedangkan edema adalah penimbunan air di kaki
karena terganggunya reabsorpsi air.
2.6.3
Anoreksia
Anoreksia
nervosa(AN) adalah
sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap
peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.Karena
kekurangan asupan makan inilah, tubuh mengalami kekurangan garam mineral yang
berakibat terjadi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh penderita.
2.6.4
Gagal ginjal akut (GGA)
Gagal ginjal adalah keadaan dimana ginjal tidak
dapat melakukan kerja sesuai dengan fungsinya. Berkaitan dengan keseimbangan
cairan, dengan ketidakmampuan ginjal melakukan fungsinya maka keseimbangan
cairan dalam darah tidak akan di filtrasi ataupun di reabsorbsi oleh ginjal
sehingga cairan tersebut masih akan bercampur dalam darah.
2.6.5
Gangguan pernafasan seperti kanker oesofagus
Pada kasus kanker oesofagus maka akan
menganggu system pencernaan terutama proses penelanan makanan yang mengandung
garam mineral dan air.
2.6.6
Koma
Pasien koma tidak dapat dibangunkan, tidak
memberikan respons normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, dan
tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Sehingga jika penderita tidak
ditanggani dengan benar akan mengalami dehidrasi akibat tidak mendapat asupan
makanan dan cairan tubuh yang benar.
2.6.7
Hidrofobia
ketakutan
yg berlebih-lebihan dan tidak normal pada air, sehingga memungkinkan penderita
untuk menghindari mengkonsumsi air yang berakibat pada ketidakseimbangan
kebutuhan cairan dalam tubuh.
2.6.8
Terdampar di laut atau padang pasir
Terdampar di laut dan padang pasir dalam
waktu yang lama akan mengakibatkan kekurangan cairan (dehidrasi), berkaitan
dengan jangka waktu yang lama, sedikitnya persediaan makanan dan iklim dan suhu
tempat saat itu.
2.6.9
Muntah-muntah yang hebat
Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena
sangat sulit untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum. Tubuh
kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan
menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat.
Bila keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh
dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.
2.6.10
Penderita luka bakar yang hebat
Penderita luka bakar dapat mengalami
dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka
bakar. Semakin luas luka bakar yang diderita semakin hebat dehidrasi yang akan
mengikutinya.
2.6.11
Diabetes insipidus
Diabetes
insipidus (DI) adalah suatu kondisi yang ditandai oleh rasa haus yang berlebihan dan
ekskresi dalam jumlah besar sangat diencerkan urin, dengan pengurangan asupan
cairan karena tidak berpengaruh pada yang terakhir.Ada beberapa jenis DI,
masing-masing dengan penyebab yang berbeda.Jenis yang paling umum adalah DI
neurogenik, disebabkan oleh kekurangan arginine vasopressin (AVP), juga dikenal
sebagai hormon antidiuretik (ADH).Jenis umum yang kedua DI nephrogenic diabetes
insipidus, yang disebabkan oleh ketidakpekaan dari ginjal untuk ADH.Hal ini
juga bisa menjadi artefak iatrogenik penggunaan narkoba.
2.6.12 Ileostomi
Ileostomi adalah bedah pembuatan lubang
antara illeum dan dinding abdomen untuk tujuan diversi fekal. Karena ileum
merupakan salah satu selaput mukosa yang ada ditubuh, jika pernah mengalami
operasi maka akan sering terjadi gangguan fungsi kerja normalnya yang akan
menganggu penyerapan sari-sari makanan yang dibutuhkan tubuh, termasuk
kebutuhan akan garam mineral untuk tubuh.
2.6.13 Diaphoresis
Diaphoresis adalah keadaan dimana keluar
keringat yang berlebihan, keluar keringat secara hebat, bisa disebabkan karena
kelainan ekskresi kelenjar keringat pada kulit ataupun keadaan alamiah saat
melahirkan yang nantinya akan mengakibatkan dehidrasi.
2.6.14 Diuretic
Diuretik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
pada suatu kondisi, sifat atau penyebab naiknya laju urinasi, misalnya dengan obat penambah frekuensi
urinasi, berarti pemaksaan agar laju urinasi menjadi lebih dari biasanya.Hal
ini dapat menganggu keseimbangan cairan dalam tubuh akibat banyaknya urin yang
dikeluarkan.
2.6.15 DM (diabetes mellitus)
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit
kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis. Akibat banyaknya glukosa yang larut dalam darah, maka tubuh akan
menyeimbangkan dengan banyak melarutkan banyak air sehingga darah tidak pekat.
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan terjadi komplikasi dalam tubuh.
2.6.16 Defisiensi aldosteron
Hormone aldosteron berperan dalam pengaturan
urinasi.Oleh karena itulah kelainan peyeksresian hormone ini dapat mempengaruhi
keseimbangan cairan tubuh.
2.6.17 Penyakit Addison
penyakit Addison terjadi akibat kurangnya
kortisol, aldosteron, ddan androgen. Isufisiensi kortisol menyebabkan
berkurangnya glukoneogenesis, penurunan glikogen hati, dan peningkatan kepekaan
jarinagan perifer terhadap insulin.
2.6.18 Ascites
Ascites adalah akumulasi dari cairan
(biasanya cairan serous yang adalah cairan kuning pucat dan bening) dalam
rongga perut (peritoneal). Asas
dasarnya adalah serupa pada pembentukan dari edema ditempat lain di tubuh yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan antara sirkulasi dalam (sistim
tekanan tinggi) dan luar, dalam kasus ini, rongga perut (ruang tekanan rendah).
Kenaikan dalam tekanan darah portal dan pengurangan dalam albumin (protein yang
diangkut dalam darah) mungkin bertangung jawab dalam pembentukan gradien
tekanan dan berakibat pada ascites perut.
2.6.19 Efusi pleura
Efusi pleura merupakan penyakit saluran
pernapasan. Akibat terganggunya saluran pernafasan, system transportasi dan
kadar O2 dan CO2 dalam tubuh ikut terganggu, hal ini
dapat mempengaruhi transportasi zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
2.6.20
Hipoalbuminuria
Hipoalbuminemia adalah suatu simtoma rendahnya kadaralbumin di dalam serum darah akibat abnormalitas. Oleh karena albumin merupakan protein, maka hipoalbuminemia merupakan salah satu
bentuk hipoproteinemia.
2.6.21
Peritonitis (penimbunan cairan 4-6 L dirongga peritoneal)
Peritonitis (radang selaput rongga
perut) Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
selaput rongga perut yang mengakibatkan terganggunya penyerapan asupan
sari-sari makanan dan garam mineral.
2.6.22
Obstruksi usus (terjadi penimbunan cairan 5-10 L)
Obstruksi
usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal
isi usus sepanjang saluran usus.Menyebabkan terganggunya penyerapan sari-sari
makanan dan garam mineral.
2.6.23
Pengangkatan kelenjar gondok (paratiroid)
Pengangkatan kelenjar gondok jelas
mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh, Karena terdapat hormone yang
mempengaruhi pengaturan jumlah garam-garam mineral dalam darah.
2.7
Persiapan
yang perlu di lakukan sebelum tindakan infus dan tranfusi darah
1.Pemberian cairan melalui infus
Pemberian
cairan melalui infuse merupakan memasukkan cairan melalui intervena yang
dilakukan pasien dengan bantuan perangkat infus.Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan infuse.Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
v Persiapan
Alat dan Bahan
1. Standar
infuse.
2. Perangkat
infuse.
3. Cairan
sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Jarum
infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
5. Pengalas.
6. Tourniquet
/ pembendung.
7. Kapas
alcohol 70%
8. Plester.
9. Gunting.
10. Kasa
steril.
11. Betadine TM
12. Sarung
tangan.
v Prosedur
Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungan
cairan dan perangkat infuse dengan memasukkan kedalam botol infus (cairan)
4. Isi cairan
ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian,kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya.
5. Letakkan
pengalas.
6. Lakukan
pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan
sarung tangan
8. Disinfeksi
daerah yang akan di suntik.
9. Lakukan
penusukka dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah
sudah mengenai vena dengan cirri darah keluar melalui jarum infuse/abocath.
11. Tarik jarum
infuse dan hubungkan dengan selang infuse.
12. Buka
tetesan.
13. Lakukan
dengan disinfeksi dengan Betadine TM dan tutup dengan kasa steril.
14. Catat
respon yang terjdi.
15. Cuci
tangan.
2. Tranfusi Darah
Tranfusi
darah merupakan tindakan memasukkan darahmelalui vena dengan seperangkat alat tranfusi
pada pasien yang membuuhkan darah.Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan
memperbaiki perfusi jaringan.
v Persiapan
Alat dan Bahan
1. Standar
infuse
2. Perangkat
tranfusi.
3. NaCl 0,9 %
4. Darah
sesuai dengan kebutuha pasien.
5. Jarum
infus/abocath atau sejenisnya sesuai deng ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/pembendung.
8. Kapas
alcohol 70%.
9. Plaster.
10. Gunting .
11. Kasa steril
12. Betadini TM
13. Sarung
tangan
v Prosedur
Kerja
1. Cuci
tangan.
2. Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan
cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat tranfusi dengan menekan bagian menusukkannya.
4. Isi cairan
Nacl 0,9%ke dalam perangkat tranfusi
dengan menekan bagian ruang tetesan terisi sebagian.Kemudian buka
penutup,hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan
pengalas.
6. Lakukan
pembendungan dngan ourniquet.
7. Gunakan
sarung tangan.
8. Disinfeksi
daerah yang akan disuntik.
9. Lakukan
penusukka dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah
sudah mengenai vena dengan cirri darah keluar melalui jarum infuse/abocath.
11. Tarik jarum
infuse dan hubungkan dengan selang infuse.
12. Buka
tetesan.
13. Lakukan
dengan disinfeksi dengan Betadine TM dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri
tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah
NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit,ganti dengan darah yang sudah disiapkan.
16. Darah
sebelum dimasukkan, terlebih dahulu di chek warna darah. Identitas pasien,
jenis golongan darah, dan tanggal kadaluarsa.
17. Lakukan
observasi tanda-tanda vital selama pemakaian.
18. Catat
respons terjadi.
19. Cuci
tangan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebutuhan
cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, berat badan, dan
kondisi tubuh. Cara perpindahan cairan tubuh agar kebutuhan cairan intrasel
terpenuhi ada 3, yaitu difusi, osmosis dan traspor aktif. Faktor yang
berpengaruh dalam pengaturan cairan
yaitu tekanan cairand an membran semipermeable.
Jumlah
kebutuhan cairan dan elektrolit yang di butuhkan tubuh pada kondisi normal ,
kurang lebih 60% dari berat badan , 2/3 bagian berada di intrasel dan 1/3
bagian berada di ekstrasel yang
merupakan terdiri dari cairan dan elektrolit di dalam tubuh kita .
Gangguanatau masalah
keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat terjadi selain hipovolomik shock adalah hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia,
hiperkalsemia, hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia, dan hipermagnesia.
Gangguan keubutah cairan ini didasari oleh kekurangan cairan tubuh dan
elektrolit dari kebutuhan normal tubuh atau yang sering disebut dengan
dehidrasi. Adapun dehidrasi dibagi lagi menjadi tiga yaitu dehidrasi primer,
dehidrasi sekunder dan dehidrasi tersier.
Penyebab terjadinya gangguan keseimbangan
pada cairan tubuh dan elektrolit bermacam-macam, seperti Diare,Nefritis, Anoreksia, Gagal ginjal akut (GGA),Koma, Hidrofobia, Terdampar di laut atau padang pasir, Muntah-muntah yang hebat, Penderita luka bakar yang hebat, Diabetes insipidus (DI), Ileostomi, Diaphoresis, Diuretic, DM (diabetes mellitus), Defisiensi aldosteron, Penyakit Addison, Ascites, Efusi
pleura, Hipoalbuminuria, Peritonitis (penimbunan cairan 4-6 L dirongga
peritoneal), Obstruksi
usus (terjadi penimbunan cairan 5-10 L), Pengangkatan kelenjar gondok (paratiroid).
3.2
Saran
Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, oleh karena itu kita sebagai manusia harus selalu bisa menjaga
keseimbangan cairan di dalam tubuh. Jika terdapat ketidakseimbangan dalam
cairan dan elektrolit di dalam tubuh
akan berakibat pada terganggunya semua sistem yang berkerja karena
ketidakseimbangan ini akan langsung mengganggu kerja sel yang merupakan
penyusun terkecil dari jaringan. Penjagaan keseimbangan cairan dalam tubuh ini
bisa dimulai dengan minum air putih 18 gelas sehari. Karena lebih baik mencegah
daripada mengobati.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bidankita.com/joomla-license/all-about-childbirth/420-plasenta-lengket-retensio-plasenta
http://www.lusa.web.id/perdarahan-post-partum-perdarahan-pasca-persalinan/
http://sehat-enak.blogspot.com/2010/03/syok-shock.html
http://www.pojok-vet.com/Obat-dll/infus-rl.html
Uliyah,Musrifatul.2008.Keterampilan Dasar Kebidanan Praktik Klinik.Jakarta:Salemba
Medika
Prawirohardjo,
Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your CommEnT........