Kasus III
Sembelit pada Ibu Hamil
Oleh :
Kelas Non Reguler
Nur Isnaini (09) Sudarmi (13)
Ika Rizka Amalia (10) Mulinda Imanati (14)
Utami Tri Oktaviani (11) Putri Arinda Aprilia (15)
Rosy Rismaya N.D (12) Agustin Dwi Settyowati (16)
Pembimbing
Rodiyatun,S.Kep. Ns.M.Pd
Poltekkes Kemenkes Surabaya
Prodi Kebidanan Bangkalan
Tahun Akademik
2012/2013
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah Keterampilan Dasar Kebidanan yang berjudul Sembelit Pada Ibu Hamil
Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilaan Dasar Kebidanan.
Atas tersusunya makalah ini kami mengucapakan terimakasih
kepada
1. Ibu Sri Wayanti, S.SiT.M.PH. selaku ketua Program Studi
Kebidanan Bangkalan;
2. Ibu Rodiyatun, S.Kep.Ns.M.Pd. selaku Dosen pengajar mata
kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan;
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Karena itu, kritik dan saran,
kami terima dengan senang hati demi sempurnanya makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat.
Bangkalan, Desember 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
JAWABAN
1. Sistem
pencernaan
Organ usus :
·
Usus halus (usus kecil)
adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus
besar.
Lapisan
usus halus : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (sirkuler),
lapisan otot memanjang (longitidinal), dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus
halus terdiri dari 3 bagian :
§ Usus
12 jari (duo denum ) adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum) . Bagian usus 12
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus
12jari merupakan organ retroperitoneal yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritonium
§ Usus
kosong (jejenum) adalah bagian kedua dari usu halus, diantara usu 12jari
duodenum dan usu penyerapan (ileum).
Pada manusi dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1-2meter adalah bagian usus kosong kosong
§ Usus
penyerapan (ileum) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki
panjang sekitar 2-4meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basah ) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
·
Usus besar atau kolon
dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari :
o Kolon
asendens (kanan)
o Kolon
tranversum
o Kolon
desendens (kiri)
o Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum)
- Anatomi Usus besar
Bagian Anatomi Usus Besar
Usus
besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens,
kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus
halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada
ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang
berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Proses Pencernaan Oleh Usus Besar
Zat
- zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan
peristaltik. Zat - zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral
yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali
oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar
selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap
zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk
vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini
terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum
dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
FISOLOGI USUS BESAR
ü USUS
BESAR
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang
semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang pling
penting adalah absorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selsai dlam kolon
dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa feses
yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare
Anatomi Usus Halus
Usus
halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar
25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan.
Usus
halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. Duodenum
(usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. Jejunum
(usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. Ileum
(usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
Struktur
Usus Halus
Kimus
yang berasal dari lambung mengandung molekul molekul pati yang telah dicernakan
di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung,
molekul - molekul lemak yang belum dicernakan serta zat - zat lain. Selama di
usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi
molekul-molekul glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi
molekul-molekul asam amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul
gliserol dan asam lemak.
Pencernaan
makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai
macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini.
Hati,
pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu
menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus
halus. Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu,
getah pankreas, dan getah usus.
a. Cairan Empedu
Cairan
empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan tidak mengandung enzim.
Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan
makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan berikut.
1. Air,
berguna sebagai pelarut utama.
2. Mucin,
berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada
dinding usus.
3. Garam
empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat alkali.
Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air
(mengemulsikan lemak).
Cairan
ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam
tubuh yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai
pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan
unsur besi dari darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi membentuk
darah pada janin atau pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin
untuk disalurkan ke peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu
mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses
pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum
lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu. Selain
itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan
aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.
b.
Getah Pankreas
Getah
pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai
kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan
dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini
dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau pulau yang disebut pulau - pulau
langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal dan
mencegah diabetes melitus.
Getah
pankreas ini dari pankreas mengalir melalui saluran pankreas masuk ke usus
halus. Dalam pankreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu
dalam pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein , dan amilase
membantu dalam pemecahan pati.
c. Getah Usus
Pada
dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan getah usus.
Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.
1. Sukrase, berfungsi
membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase, berfungsi
membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua molekul glukosa.
3. Laktase, berfungsi
membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
4. Enzim
peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida menjadi asam
amino.
Monosakarida,
asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di usus halus
mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan
vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus.
Penyerapan
mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral dan
perbedaan struktur bagian bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien
dalam penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl–, HCO3–, dan ion-ion bivalen. Ion
K+ penyerapannya terbatas di jejunum. Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan
jejunum.
Proses
penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di
dalam villi ini terdapat pembuluh darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet.
Di sini asam amino dan glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati
melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih
dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak bersama
gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak
dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali.
Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh kil
(limfa).
Melalui
pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu masuk ke dalam
darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak
dapat diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon).
FISIOLOGI
USUS HALUS
Usus halus memiliki panjang kurang
lebihnya 6 meter pada manusia,usus halus (small intestine) merupakan bagian
dari sistempencernaan yang terpanjang.Pada organ ini penyederhana-an zat yang
kompleks akan dirubahdan diurai menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi
daripada hasilpencernaan dari tahap-tahap sebelum-nya, dan sebagian besar
zat-zat tersebut diserap oleh darah yang ada di pembuluh kapiler yangtersebar
di usus halus ini dengan cara berdifusi, untuk selanjutnyadidistribusikan bagi
seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya.
- Faktor
yang mempengaruhi defekasi
1. Usia
Setiap
tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan
mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah
memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses
pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Diet, pola, atau jenis makanan yang
dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi.
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.
3. Asupan
cairan
Pemasukan
cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang
kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas
dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonu oto abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Hal ini kemudian membuat proses gerakan
peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik.
5. Pengobatan
Pengobatan
juga dapat memengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan Laksantif atau
Antasida yang terlalu sering. Kedua
jenis tersebut dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik usus. Penggunaan lama menyebabkan usus besar
kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang respontif terhadap stimulasi yang
diberikan oleh laksantif.
6. Gaya
Hidup
Kebiasaan
atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang
memiliki gaya hidup sehat / kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang
bersih atau toilet, ketika seseorang tersebut buang air besar di tempat yang
terbuka atau tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses
defekasi.
7. Penyakit
Beberapa
penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti gastroenteristis atau
penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya
nyeri dapat memengaruhi kemampuan atau keinginan untuk defekasi, seperti nyeri
pada kasus hemoroid, dan episiotomi.
9. Kerusakan
Sensoris dan Motoris
Kerusakan
pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defakasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.
10. Tindakan
Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang air Besar)
- Menyiapkan Feses untuk bahan
pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk
bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses
sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan
pemeriksaan kultur (pembiakan).
1) Pemeriksaan
feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna,
bau, konsistensi, lendir, darah dll.
2) Pemeriksaan
feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher.
Mengeluarkan feses dengan jari
Merupakan
tindakan memasukkan jari ke dalam rectum pasien untuk mengambil atau
menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini
adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak
berhasil, maka terjadi konstipasi serta pengerasan feses yang tidak mampu
dikeluarkan oleh manual.
- Persiapan
alat dan bahan melakukan pemeriksaan feses :
1) Tempat
penampungan atau botol penampung beserta penutup
2) Etiket
khusus
3) Dua
batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses
Prosedur
kerja :
1) Cuci
tangan
2) Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Anjurkan
untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan. Setelah selesai, dianjurkan untuk membresihkan daerah sekitar anus
4) Asupan
bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan
5) Catat
nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
6) Cuci
tangan
Persiapan alat dan bahan mengeluarkan
feses dengan jari :
1) Sarung
tangan.
2) Minyak
pelumas/jelly.
3) Alat
penampung atau pispot.
4) Pengalas.
- Prosedur kerja :
- Prosedur kerja :
1. Cuci
tangan.
2. Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Gunakan
sarung tangan dan beri minyak pelumas (jelly) pada jari telunjuk.
4. Atur
posisi miring dengan lutut fleksi.
5. Masukkan
jari ke dalam rectum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rectum ke arah
umbilicus (kea rah massa feses yang impaksi)
6. Secara
perlahan-lahan, lunakkan massa dengan massage daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras).
7. Gunakan
pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
8. Lepaskan
sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan, dan respons
pasien.
9. Cuci
tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your CommEnT........